Luka Jović: Striker yang Pernah Viral, Kini Cari Titik Balik di Milan

Di sepak bola modern, hype bisa datang secepat cahaya — dan hilang secepat itu juga. Luka Jović mungkin jadi contoh paling nyata. Dulu digadang-gadang jadi “striker nomor 9 masa depan” setelah performa brutal di Bundesliga, tapi sejak pindah ke Real Madrid, kariernya seolah kehilangan arah.

Tapi sekarang, di AC Milan, Jović mulai bangun ulang kariernya. Pelan-pelan, tanpa headline besar, dia berusaha jadi striker yang bukan cuma hidup dari masa lalu.


Awal Karier: Bocah Ajaib dari Serbia

Luka Jović lahir 23 Desember 1997 di Bijeljina, Serbia. Dia langsung dikenal sebagai striker muda dengan:

  • Naluri gol tinggi
  • Kaki kiri mematikan
  • Positioning instingtif

Jović gabung akademi Red Star Belgrade, klub terbesar di Serbia. Di usia 16 tahun, dia udah debut di tim utama. Gaya mainnya mengingatkan pada striker klasik: cepat, klinis, dan oportunis.

Tapi kariernya mulai naik setelah pindah ke luar negeri.


Eintracht Frankfurt: Puncak Karier yang Ngebut Banget

Tahun 2017, Jović gabung Eintracht Frankfurt (awalnya pinjaman dari Benfica). Di Bundesliga, dia tampil gila:

  • Musim 2018/19: 27 gol di semua kompetisi
  • Cetak 5 gol dalam satu pertandingan lawan Düsseldorf
  • Bawa Frankfurt ke semifinal Liga Europa
  • Masuk radar semua klub besar Eropa

Fans Bundesliga tahu, Jović waktu itu bukan cuma produktif — dia punya insting predator yang bikin bek lawan kehilangan arah. Sentuhan pertama, penempatan posisi, finishing dua kaki, semuanya klik.


Real Madrid: Hype Tinggi, Realita Pahit

Tahun 2019, Real Madrid beli Jović dengan harga €60 juta. Harapannya: dia bakal jadi penerus Benzema.

Tapi yang terjadi:

  • Minim menit bermain
  • Susah adaptasi dengan sistem Zidane
  • Cedera berkepanjangan
  • Skandal mini di luar lapangan
  • Kepercayaan diri anjlok total

Statistiknya di Madrid mengecewakan: hanya 3 gol dalam 50+ penampilan. Perlahan, Jović keluar dari radar — dari pemain masa depan jadi “transfer flop.”


Fiorentina & Percobaan Reboot

Tahun 2022, Jović pindah ke Fiorentina secara gratis. Ini kesempatan dia buat bangkit.

Awalnya, kelihatan positif:

  • Mulai dapat menit main
  • Cetak beberapa gol penting di Serie A dan Conference League
  • Masuk ke final ECL 2023 bareng Fiorentina

Tapi tetap aja: konsistensi jadi masalah. Kadang meledak, kadang hilang. Jović belum balik ke performa ala Frankfurt.


AC Milan: Transfer Dadakan Tapi Punya Potensi

Musim panas 2023, AC Milan butuh striker pelapis buat Olivier Giroud. Pilihan utama gagal, dan di deadline day — Milan rekrut Luka Jović secara gratis.

Ekspektasinya rendah. Tapi justru itu yang bikin menarik.

  • Nggak ada tekanan kayak di Madrid
  • Bisa main lepas tanpa sorotan
  • Masuk tim yang punya sistem lebih fleksibel

Di Milan, Jović pelan-pelan mulai nyetel:

  • Beberapa gol penting sebagai supersub
  • Kerja sama oke dengan Pulisic dan Reijnders
  • Menit bermain lebih stabil

Bukan performa gila, tapi lebih baik dari periode sebelumnya.


Gaya Main: Striker Klasik dengan Naluri Finisher

Ciri khas Jović:

  • Box predator – selalu tahu posisi bola memantul
  • Finishing klinis, terutama dengan kaki kiri
  • Gerakan kecil tapi efektif di kotak penalti
  • Nggak banyak dribel, lebih ke sentuhan akhir
  • Bisa main sebagai second striker dalam sistem dua penyerang

Tapi kelemahannya:

  • Mobilitas rendah
  • Kurang kontribusi saat build-up
  • Sering hilang kalau tim nggak dominan

Jović bukan striker modern yang bantu pressing atau drop ke tengah. Dia striker yang hidup dari bola terakhir. Masalahnya: sistem sepak bola sekarang sering menuntut lebih dari itu.


Statistik Jović di AC Milan (2023/24)

  • 7 gol dari 30+ penampilan (mayoritas dari bangku cadangan)
  • Shot conversion rate lumayan tinggi
  • Menit per gol lebih baik dibanding striker pelapis lain
  • Beberapa gol krusial (contoh: lawan Lazio, lawan Bologna)

Angkanya bukan elite, tapi cukup buat bikin pelatih pertimbangin dia sebagai opsi realistis dari bangku cadangan.


Mentalitas: Sempat Terpuruk, Tapi Mau Mulai Ulang

Jović sempat digosipkan bermasalah secara disiplin. Tapi di Milan:

  • Dia tampil lebih kalem
  • Nggak banyak protes meski jadi cadangan
  • Fokus ke latihan
  • Dapat dukungan dari senior kayak Giroud dan pelatih Pioli

Wawancaranya juga berubah. Nggak ada gaya sok bintang, justru lebih rendah hati. Dia tahu ini bukan waktu buat banyak omong — ini waktu buat buktikan diri lewat aksi.


Timnas Serbia: Masih Di Radar, Tapi Nggak Jadi Pilihan Utama

Jović masih masuk skuad Serbia, tapi kalah saing sama Dusan Vlahović dan Aleksandar Mitrović. Tapi dia tetap:

  • Jadi opsi cadangan berpengalaman
  • Biasa dipanggil saat Serbia butuh striker alternatif
  • Bisa masuk skema dua penyerang kalau dibutuhkan

Kalau performanya terus membaik di Milan, bukan nggak mungkin dia bakal rebut posisi lebih serius.


Tantangan Luka Jović ke Depan

  1. Bersaing dengan striker baru di Milan
    (musim 2024/25 kemungkinan Milan rekrut striker top)
  2. Tambah mobilitas & kontribusi build-up
  3. Tetap konsisten sebagai supersub
  4. Bangun kembali kepercayaan diri & killer instinct

Kalau dia bisa manfaatkan menit yang ada dan tetap rendah hati, Jović bisa jadi senjata diam-diam Milan — bukan bintang, tapi finisher murni yang bisa muncul di momen penting.


Kenapa Gen Z Harus Lirik Luka Jović?

Karena dia contoh bahwa:

  • Hype tinggi bukan jaminan karier mulus
  • Jatuh berkali-kali itu nggak masalah, asal lo bangkit
  • Pindah klub bukan aib, justru bisa jadi penyelamat
  • Pemain bisa berubah — asal punya niat, bukan alasan

Jović bukan pemain yang lagi dikejar spotlight. Tapi justru karena itu, dia jadi lebih berbahaya saat semua orang lengah.


Kesimpulan: Luka Jović, Striker yang Sedang Menulis Ulang Ceritanya

Luka Jović pernah dianggap striker masa depan Eropa. Lalu semua berubah — Madrid gagal, Fiorentina setengah jalan. Tapi sekarang di AC Milan, dia nggak butuh jadi sorotan. Dia cuma butuh satu hal: bikin gol, bantu tim, dan terus diam di balik headline.

Dan kalau dia berhasil? Bisa jadi, ini bukan sekadar comeback. Ini bakal jadi contoh bahwa reputasi bisa hancur, tapi mental juara nggak bisa mati.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *