Di dunia bola yang makin didominasi pemain tinggi, kekar, dan robotik, Lorenzo Insigne datang sebagai reminder: lo gak perlu jadi besar buat jadi berbahaya. Tinggi cuma 163 cm, tapi kreativitas, keberanian, dan loyalitasnya gede banget — cukup buat bikin nama dia sejajar dengan legenda kota Naples.
Dia bukan cuma pemain — dia simbol. Simbol perlawanan, simbol Napoli, simbol kebanggaan Selatan Italia.

Awal Karier: Anak Lokal yang Ngegig Biar Dianggap
Lahir 4 Juni 1991 di Frattamaggiore, pinggiran Napoli, Insigne lahir di keluarga sederhana. Sejak kecil, dia udah suka bola, tapi fisiknya bikin banyak pelatih ragu. Dia “kecil,” “kerempeng,” dan sering dibilang “gak bakal kuat di level atas.”
Tapi Napoli percaya. Dia gabung akademi mereka, dan meski sempat dipinjamkan ke beberapa klub kecil kayak Foggia dan Pescara, dia terus nunjukin satu hal: talenta gak bisa diukur dari tinggi badan.
Di bawah pelatih Zdeněk Zeman di Pescara, bareng Marco Verratti dan Ciro Immobile, Insigne meledak. Dia jadi mesin assist, sering bikin gol, dan akhirnya dipanggil balik ke Napoli.
Napoli: Bukan Cuma Klub, Tapi Rumah
Dari 2012 sampai 2022, Insigne adalah Napoli. Lo gak bisa pisahin dia dari San Paolo (sekarang Stadion Diego Armando Maradona). Setiap kali dia bawa bola dari kiri, lo bisa tebak: cut inside, dan curl bola ke pojok kanan atas. Tapi anehnya? Bek lawan tetap gak bisa hentikan itu.
Selama 10 tahun di tim utama Napoli:
- Lebih dari 400 penampilan
- 122+ gol
- 95+ assist
- 2 Coppa Italia
- Jadi kapten utama sejak 2019
Tapi bukan cuma angka. Dia bawa Napoli balik jadi tim yang ditakutin di Italia dan Eropa.
Dia bukan striker, tapi selalu jadi sumber gol dan playmaking. Dia bukan gelandang, tapi bisa tarik lawan dan buka ruang. Dan satu lagi: dia loyal. Padahal banyak tawaran datang dari klub-klub gede, dia tetap stay.
Gaya Main: Kaki Kanan Ajaib & Vision Bikin Lawan Frustrasi
Insigne main di kiri, kaki dominan kanan — klasik winger inverted. Tapi bedanya, dia bukan cuma ngecut dan nembak. Dia juga jago:
- Ngelihat celah buat through pass
- Bikin overload sisi kiri
- Tukar posisi sama striker atau fullback
- Lempar bola panjang akurat ke sayap seberang
Dribbling-nya gak lebay, tapi efektif. Dia tahu timing. Kadang bisa slow down tempo, kadang bisa ngegas dalam satu langkah.
Dan ya, freekick-nya juga mantep. Kalau Napoli dapet bola mati deket kotak penalti, semua orang udah tegang karena tahu: Insigne bisa curling ke tiang jauh kapan aja.
Timnas Italia: Sempat Diragukan, Tapi Jadi Kunci Euro 2020
Di level internasional, Insigne sempat susah tembus ke starting XI Italia. Tapi di era Roberto Mancini, dia mulai dapet peran penting.
Puncaknya di EURO 2020, di mana Italia jadi juara. Insigne main dari kiri, dan golnya lawan Belgia di perempat final itu masterpiece. Curling dari luar kotak ke pojok atas — khas dia banget.
Meski bukan top skor, kontribusinya dalam build-up dan penetrasi sisi kiri vital banget. Dia ngebuktiin bahwa pemain “kecil” bisa bawa tim jadi raja Eropa.
Hijrah ke MLS: Keputusan Berani, Tapi Diambil Dengan Kepala Dingin
Tahun 2022, di usia 31, Insigne bikin keputusan mengejutkan: pindah ke Toronto FC di Major League Soccer. Banyak yang bilang dia “nyerah” atau “cari uang.” Tapi Insigne sendiri bilang:
“Saya ingin pengalaman baru, dan membawa sepak bola ke tempat yang butuh inspirasi.”
Dan meski MLS bukan liga elit, performa Insigne di sana tetap keren:
- Bikin gol dari freekick, open play, assist
- Jadi pemimpin tim
- Tetap dipanggil timnas (meskipun gak rutin)
Keputusan dia bukan tentang ninggalin Napoli, tapi tentang menutup bab dengan kepala tegak dan mulai cerita baru.
Kesimpulan
Lorenzo Insigne bukan pemain yang viral, bukan juga pemain yang penuh trofi. Tapi dia adalah tipe pemain yang fans cinta mati-matian. Dia stay di klub kota kelahirannya, tetap ngelawan kritik soal fisik, dan tetep relevan sampai usia 30-an.
Dia bukan legenda global kayak Messi atau Ronaldo, tapi di Napoli? Dia raja kecil.
Gaya mainnya udah jadi blueprint buat winger modern: kecil, gesit, teknik tinggi, dan vision tajam. Dan di era sepak bola yang makin industri, Insigne buktiin bahwa lo masih bisa jadi legenda tanpa harus pindah ke 10 klub berbeda.