Hidup di era digital ini bikin kita gampang banget stres. Tiap hari disuguhi postingan bahagia orang lain, pencapaian teman, dan ekspektasi sosial yang bikin otak panas. Tapi kalau dipikir lagi, apa kita harus peduli sama semuanya? Mungkin udah waktunya kita Belajar Seni Menjadi Bodo Amat Dari Mark Manson Dan Diogenes — dua tokoh dari dua era berbeda, tapi punya filosofi hidup yang sama: lo nggak harus peduli sama hal yang nggak penting.
Mark Manson, penulis buku The Subtle Art of Not Giving a Fck*, ngajarin generasi modern buat berhenti overthinking dan fokus pada hal yang bener-bener penting. Sementara Diogenes, filsuf kuno dari Yunani, udah lebih dulu ngelakuin itu ribuan tahun lalu — hidup sederhana, anti-gengsi, dan nggak peduli sama opini orang.
Gabungan dua pemikiran ini bisa jadi “antidot” terbaik buat generasi sekarang yang kelelahan mental gara-gara terlalu peduli. Mari kita bahas gimana dua tokoh ini bisa ngajarin lo cara hidup lebih bebas dan tenang tanpa kehilangan arah.
Mark Manson: Filosofi Bodo Amat Versi Modern
Kalimat paling terkenal dari Mark Manson adalah, “Kunci hidup yang lebih baik bukan tentang peduli pada lebih banyak hal, tapi peduli pada hal yang lebih sedikit — dengan lebih fokus.”
Konsep ini jadi inti dari Belajar Seni Menjadi Bodo Amat Dari Mark Manson Dan Diogenes.
Manson bilang, manusia modern hidup dalam paradoks: kita punya segalanya, tapi tetap ngerasa kosong. Salah satu penyebabnya adalah kita terlalu peduli sama hal yang nggak penting — opini orang di internet, tren, atau hal-hal kecil yang seharusnya nggak ganggu pikiran kita.
Filosofinya sederhana: lo nggak bisa peduli sama semuanya, jadi pilih hal yang pantas buat dipeduliin. Lo punya “kuota energi emosional,” dan kalau lo habisin buat hal remeh, lo nggak punya tenaga buat ngurus hal yang benar-benar berarti.
Jadi, “bodo amat” versi Manson bukan berarti cuek atau egois, tapi selektif dalam perhatian. Lo tetap peduli — tapi cuma pada hal yang relevan buat nilai hidup lo.
Diogenes: Filsuf Jalanan Yang Nggak Peduli Opini Dunia
Ribuan tahun sebelum Manson nulis bukunya, Diogenes udah ngelakuin versi ekstrim dari seni bodo amat.
Diogenes adalah tokoh Cynicism, aliran filsafat yang menolak kemewahan dan kemunafikan sosial. Dia hidup di tong besar, nggak punya harta, dan sering ngejek kebiasaan orang kaya yang sibuk menjaga penampilan.
Waktu Alexander the Great — raja paling berkuasa di dunia — datang menemuinya dan nanya, “Apa yang bisa aku kasih padamu?” Diogenes cuma jawab, “Geser sedikit, kamu menghalangi sinar matahari.”
Itulah puncak dari Belajar Seni Menjadi Bodo Amat Dari Mark Manson Dan Diogenes: kebebasan batin total. Diogenes nggak butuh validasi dari siapa pun. Dia tahu kebahagiaan datang bukan dari pengakuan sosial, tapi dari kemandirian pikiran.
Dalam konteks modern, hidup kayak Diogenes mungkin mustahil. Tapi semangatnya — buat hidup sesuai nilai sendiri dan nggak peduli omongan orang — justru makin relevan di era sosial media.
Bodo Amat Bukan Berarti Nggak Peduli Sama Sekali
Baik Mark Manson maupun Diogenes sepakat bahwa “bodo amat” bukan berarti lo jadi apatis. Ini bukan tentang berhenti peduli sama hidup, tapi tentang milih apa yang layak buat dipeduliin.
Belajar Seni Menjadi Bodo Amat Dari Mark Manson Dan Diogenes ngajarin bahwa hidup tanpa prioritas itu chaos. Kalau lo peduli sama segalanya, artinya lo nggak benar-benar peduli sama apa pun.
Bodo amat yang bener adalah kesadaran bahwa:
- Lo nggak bisa nyenengin semua orang.
- Lo nggak bisa kontrol segalanya.
- Lo cuma punya waktu dan energi terbatas.
Dengan sadar akan itu, lo bisa ngelepas beban yang nggak perlu dan mulai hidup lebih tenang.
Nilai-Nilai Hidup Yang Dipertahankan
Dalam buku The Subtle Art of Not Giving a Fck*, Manson bilang: “Sukses bukan diukur dari banyaknya hal yang lo peduliin, tapi dari seberapa konsisten lo memegang nilai-nilai lo.”
Diogenes juga hidup dengan prinsip yang sama — dia rela dikucilkan demi hidup sesuai keyakinan. Dia milih hidup jujur dan sederhana daripada hidup penuh kepura-puraan.
Belajar Seni Menjadi Bodo Amat Dari Mark Manson Dan Diogenes bisa dirangkum dalam satu kalimat: peduli hanya pada hal yang sejalan dengan nilai hidup lo.
Kalau lo tahu nilai lo, lo nggak gampang tergoyang sama opini dunia. Lo bisa berdiri tegak, bahkan kalau orang lain nggak setuju.
Melawan Overthinking Dengan Filsafat Cuek
Kedua tokoh ini ngerti bahwa kebanyakan penderitaan manusia bukan karena kenyataan, tapi karena pikiran yang terlalu ribet.
Mark Manson ngelihat overthinking sebagai penyakit modern: kita terus mikir tentang hal yang nggak bisa kita kontrol. Sementara Diogenes udah bilang sejak lama: “Semakin sedikit keinginan, semakin dekat kamu dengan kebebasan.”
Belajar Seni Menjadi Bodo Amat Dari Mark Manson Dan Diogenes ngajarin cara buat ngatasin overthinking lewat tiga langkah:
- Sadari bahwa hidup nggak akan sempurna.
- Fokus pada hal yang bisa lo ubah.
- Terima hal yang di luar kendali lo.
Bodo amat artinya menerima realitas, bukan melawannya. Lo berhenti nyalahin dunia, dan mulai ngatur reaksi lo sendiri.
Menghadapi Tekanan Sosial Dengan Gaya Diogenes
Diogenes hidup di masyarakat yang terobsesi sama status dan kehormatan. Kedengarannya mirip banget sama zaman sekarang, kan?
Tapi dia punya “jurus sakti”: nggak peduli.
Dalam Belajar Seni Menjadi Bodo Amat Dari Mark Manson Dan Diogenes, lo belajar buat berhenti ngejar validasi dari orang lain. Lo nggak butuh tampil sempurna, nggak harus update semua hal di media sosial, dan nggak perlu ikutin standar sukses orang lain.
Diogenes pernah bilang, “Aku tidak punya apa-apa, tapi aku lebih kaya dari kalian karena aku butuh lebih sedikit.”
Kalimat itu relevan banget buat generasi yang sibuk ngejar hal-hal yang sebenarnya nggak dibutuhkan.
Kebebasan Sejati: Saat Lo Nggak Dikendalikan Oleh Dunia
Inti dari Belajar Seni Menjadi Bodo Amat Dari Mark Manson Dan Diogenes adalah kebebasan — bukan kebebasan fisik, tapi kebebasan mental.
Mark Manson nyebutnya “emotional control,” sedangkan Diogenes nyebutnya “autarkeia” atau kemandirian diri. Keduanya percaya bahwa orang yang bebas adalah yang nggak dikendalikan oleh opini, emosi, atau hasrat berlebihan.
Kalau lo bisa tetap tenang saat dunia panik, lo udah selangkah lebih maju jadi orang merdeka. Karena orang yang terlalu peduli sama penilaian orang lain bakal terus jadi budak — bukan budak raja, tapi budak ekspektasi sosial.
Cara Praktis Menerapkan Seni Bodo Amat
Berikut langkah-langkah konkret buat mulai Belajar Seni Menjadi Bodo Amat Dari Mark Manson Dan Diogenes di kehidupan lo:
- Tulis hal yang bener-bener penting buat lo.
Misalnya: keluarga, kebebasan waktu, kesehatan mental. Fokus di situ aja. - Kurangi reaksi otomatis.
Sebelum marah atau cemas, tanya: “Apakah ini pantas aku peduliin?” - Berani bilang ‘nggak’.
Lo nggak harus setuju sama semua orang. Tolak hal yang nggak sejalan dengan nilai lo. - Latih diri buat hidup sederhana.
Belajar dari Diogenes — makin sedikit yang lo butuh, makin ringan hidup lo. - Berhenti minta validasi.
Kalau lo tahu apa yang lo yakini, lo nggak perlu terus cari pembenaran dari luar.
Dengan latihan ini, lo bakal ngerasain kebebasan mental yang selama ini mungkin belum pernah lo punya.
Persamaan Filosofis Mark Manson dan Diogenes
Walau beda ribuan tahun, keduanya punya pesan yang mirip banget.
- Keduanya menolak kepalsuan sosial.
- Keduanya menekankan hidup autentik.
- Dan keduanya ngajarin lo buat berhenti mempermasalahkan hal kecil.
Belajar Seni Menjadi Bodo Amat Dari Mark Manson Dan Diogenes pada dasarnya ngajak lo buat kembali ke “inti” kehidupan — hidup jujur, simpel, dan sadar.
Mereka percaya, semakin banyak hal nggak penting yang lo buang, semakin besar ruang buat hal penting tumbuh.
Kenapa Generasi Sekarang Butuh Belajar Ini
Kita hidup di era informasi tanpa batas — tapi juga di era gangguan mental tanpa henti.
Setiap hari kita dicekokin pesan buat jadi lebih sukses, lebih kaya, lebih cantik, lebih segalanya. Tapi nggak pernah diajarin gimana caranya tenang.
Belajar Seni Menjadi Bodo Amat Dari Mark Manson Dan Diogenes bisa jadi “detoks mental.”
Karena kalau lo terus peduli sama semua hal, lo kehilangan diri sendiri di tengah kebisingan dunia.
Kadang, yang lo butuhin bukan tambah ambisi, tapi tambah tenang.
FAQ Tentang Belajar Seni Menjadi Bodo Amat Dari Mark Manson Dan Diogenes
1. Apakah ‘bodo amat’ berarti nggak peduli sama orang lain?
Nggak. Ini berarti lo fokus pada hal penting dan nggak buang energi buat hal remeh.
2. Apa bedanya ‘bodo amat’ dengan apatis?
Apatis adalah nggak peduli sama sekali. Bodo amat adalah peduli dengan bijak.
3. Kenapa Diogenes dan Mark Manson relevan buat zaman sekarang?
Karena dunia makin bising, dan dua tokoh ini ngajarin cara hidup tenang tanpa kehilangan arah.
4. Apa manfaat jadi orang yang ‘bodo amat’?
Lo lebih bahagia, fokus, dan nggak gampang stres.
5. Gimana cara mulai?
Mulai dari nyadarin hal-hal yang nggak perlu lo pikirin, terus pelan-pelan lepasin.
6. Apa tanda lo udah berhasil?
Lo nggak lagi panik ngeliat opini orang. Lo tenang karena tahu hal yang lo peduliin itu bermakna.
Kesimpulan: Seni Menjadi Bodo Amat Adalah Seni Hidup Bebas
Pada akhirnya, Belajar Seni Menjadi Bodo Amat Dari Mark Manson Dan Diogenes ngajarin bahwa kebebasan sejati datang saat lo berhenti hidup buat membuktikan sesuatu ke dunia.
Dunia modern ngajarin lo buat punya segalanya. Tapi dua tokoh ini ngajarin hal yang lebih penting: cukup tahu mana yang berarti dan lepasin sisanya.
Mark Manson ngajarin lo dengan humor dan logika modern. Diogenes ngajarin lo lewat contoh hidup yang ekstrem tapi jujur.
Keduanya sepakat bahwa kebahagiaan bukan hasil dari punya lebih banyak, tapi dari peduli lebih sedikit — dengan lebih bijak.
Jadi mulai hari ini, lo boleh bodo amat.
Bodo amat sama komentar orang.
Bodo amat sama hal kecil yang nggak lo kontrol.
Dan peduli sepenuhnya sama hal yang bikin lo hidup lebih tenang, sadar, dan bebas — versi lo sendiri.